Sabtu, 10 Desember 2011

Ayah ku seorang tuna rungu dan miskin

Aku terlahir di keluarga yg serba kekurangan, ibuku meninggal ketika dia melahirkanku dan ayah ku seorang tuna rungu.

saat aku di lahirkan ke dunia ini, aku tidak tau mengapa ayahku tidak pernah bicara padaku tak seperti ayah ayah yang lainya yg selalu menyanyikan lagu setiap aku ingin tidur atau bercerita ketika tentang masa lalunya, dia hanya menggunakan jari jari kasarnya untuk berinteraksi denganku.

15 tahun berselang dan aku seorang siswi di salah satu sekolah menengah akhir, setiap hari ayah selalu mengantarku sampai percis di depan gerbang sekolah. tetapi ketika aku tau ayahku seorang tuna rungu aku sering malu terhadap teman teman ku, mereka sering mengejeku, mencaci ayahku. aku malu punya ayah seperti dia, aku sering membalikan badan ketika aku turun dari sepeda ayahku.

teman temanku sering membuat ku geram dan aku tetap bersabar untuk semua dengan apa yang mereka katakan padaku, suatu saat saat emosiku mulai memuncak, terlintas di benak ku untuk mengakhiri hidupku, aku frustasi, stress dan tidak bisa berfikir sehat. aku bertanya tanya pada tuhanku, mengapa ayahku bisu? mengapa dia tidak seperti ayah ayah yang lain? mengapa dia tidak pernah menyanyikan 1 buah lagu pun di saat aku akan terlelap tidur di pelukanya saat aku kecil?ayah yang seakan tak peduli dengan perkataan teman temanku, dia tetap tegar dan menerima apa yg tuhan berikan padanya, sesekali dia sering bercerita menggunakan bahasa jarinya pada setiap pelanggan, entah kenapa dia selalu begitu, dia sering menasehatiku ketika makan malam atau memotivasi aku ketika dia mengantarku ke sekolah, tetapi apa yang aku lakukan? aku seakan tak peduli dengan semua yang dia isyaratkan, aku tidak mengerti apa yg dia isyaratkan, aku seakan buta akan kasih sayangnya.

malampun tiba, tidak biasanya ayah pulang telat. disini dikamar ku aku menangis, mengapa aku di lahirkan di dunia ini jika hanya di jadikan bahan olok olok? aku gelap mata, aku sudah tak sanggup menerima semua ini, aku pergi ke dapur dan membawa sembilah pisau, entah apa yg aku fikirkan saat itu. aku langsung mengurung diriku di kamar mandi ketika ayah pulang membawa sebuah kotak yg entah apa isinya.secara tak sadar aku menyayat tanganku, tepat di urat nadiku. aku fikir dengan aku mengakhiri hidupku mungkin penderitaan ku akan berakhir tanpa memikirkan nasib ayahku. seketika itu aku pun terjatuh, terdengar sekali suara badanku yang jatuh menimpa tembok, ayah langsung berlari meninggalkan kotak yang ada di hadapanya, dan ternyata kotak itu adalah sebuah kue ulang tahun ku. lalu mendobrak pintu kamar mandi yang sebenarnya sudah aku kunci rapat rapat.

lalu ayah mengangkatku tanpa banyak fikir ayahku berlalri membawa ku yg lemas bersimbah darah, meminta tolong pun aku rasa percuma, karena berbisik pun ayahku tidak bisa, ayah membawa ku ke rumah sakit terdekat dan memaksa suster disana agar cepat menolongku, aku lemas, banyak darah yang keluar dari darahku, jikalau darah ku habis aku pasti akan meninggal, tetapi ayah ku. ayah ku bersikeras memaksa dokter untuk mengambil ayahnya ayah bilang "aku punya gubuk kecil, aku punya gerobak, aku punya uang kau boleh ambil semuanya. TETAPI anak ku, selamatkan anak ku dia tidak boleh mati". dan disaat itu pula dokter membawa ayahku ke dalam ruangan yang gelap, dan transfusi darah pun di lakukan, aku kekurangan banyak sekali darah, mungkin ada 2 pilihan disini aku yang hidup atau ayahku.

malam pun berganti pagi, suara kicau burung terdengar jelas di telingaku, sinar matahari yg menembus jendela menghangatkan tubuhku. aku mencoba membuka mataku, dan ketika ku buka mata nampak jelas di sampingku, dia ayahku tergulai lemas di ranjang. selang beberapa menit dokter dan suster pun datang mengahmpiri ayahku dan membawa kain putih, mereka menutupi seluruh badan ayah dengan kain itu, aku tidak bisa bergerak, ingin ku peluk ayahku dan berkata padanya "aku sayang ayah" namun dokter itu tersenyum sedih dan berkata padaku "ayahmu sudah pergi ke alam yang lain".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar